10.5.14

Complicated

Ancaman..
Satu kata yang tak pernah ku maksudkan untuk membuatmu bersalah, sungguh..
Satu kata pula yang tak pernah ingin ku lakukan, sungguh..
Sesungguhnya aku hanya menginginkan perhatianmu saat kata itu terlontar..
Sesungguhnya aku hanya ingin kau mengalah, bukan justru semakin meledak..
Sesungguhnya pula aku hanya ingin melihat seberapa besar kau merindukan kehadiranku di saat amarah menyelimuti kita..

Cari saja yang lain, begitu katamu..
Tolong, bukan kalimat itu yang ku inginkan terlontar darimu, sungguh..
Tolong, kau yang paling mengetahui seberapa besarnya aku membutuhkan dirimu, sungguh..

Ego..
Tolong hancurkan sedikit dinding egomu, terlebih di saat aku tak kuasa menahan penat..
Kau yang paling tau seberapa besar penat yang kurasa, seberapa banyak sabar yang kupaksakan..
Kau yang paling tau aku bagaikan geranat yang mudah meledak, sesungguhnya..
Aku bukan memintamu mengubah segala yang kau miliki, tapi tolong hancurkan dinding yang telah lama kuhancurkan, demi kita, demi kebahagiaan yang kau pun menginginkan..

18.2.14

Pernah

Pernah.. Ku berikan kepercayaan padamu..
Pernah.. Kau khianati kepercayaanku..
Pernah.. Ku coba bangun kembali kepercayaan itu..

Lagi.. Kau hancurkan dinding kepercayaan itu..
Lagi.. Ku meratapi puing kepercayaan..
Lagi.. Ku berpikir akan dikemanakan puing itu..
Lagi.. Hatiku tercabik oleh pengkhianatanmu..

Kembali.. Ku mengais serpihan yang kau sisakan..
Kembali.. Ku rekatkan serpihan tersebut dengan sisa rasa yang ada..
Kembali.. Dinding kepercayaan terbangun untukmu walau rentan..

Entah.. Akankah ada dinding itu lagi jika kembali kau hancurkan..
Entah.. Akankah ada rasa lagi jika kau siakan..
Entah.. Akankah bisa ku miliki semua itu..
Entah..